Sabtu, 10 Februari 2024

[Review] Novel Tumbal Noni Belanda

Baca novel ini karena penasaran dengan status cetak ulang di Facebook Guntur Alam 

Sudah lama tahu tentang seri novel dari Guntur Alam ini. Bahkan, cerita tentang Jou Natan teman tandem menulisnya di seri ini juga aku tahu, hi-hi. Waktu itu kami bertemu dan bercerita di warung ayam geprek Mas Kobis. Cuman, aku baru tertarik membacanya baru beberapa hari terakhir ini. 

Guntur Alam membikin status tentang novel-novelnya yang masuk dalam daftar ajang Elex Fiction Readers Choice Awards 2023. Ia juga memberi kabar bila novel-novel tersebut sedang dalam masa cetak ulang ke-4 dan 5. Kalau tidak salah ada 4 judul. Wow, banget. 

Aku tidak hapal dan tidak mencari urutan seri novel ini. Buku pertama yang kubaca berjudul “Tumbal” atau lengkapnya “Tumbal Noni Belanda”. Menurut keterangan di dalam buku, Tumbal ini merupakan novel bagian ketiga yang terinspirasi dari urban legend Palembang.

Sinopis Cerita Tumbal Noni Belanda

Tokoh utama di seri ini sepertinya Jou, tapi dalam buku ini aku menangkap malah tokoh utamanya adalah Tasya. Maaf bila keliru ya, karena aku tidak urut dalam membaca serinnya.

Tasya kehilangan adiknya, Pricil yang mengakhiri hidupnya dengan melompat ke Sungai Musi. Penyebabnya karena gadis tersebut hamil oleh pacarnya yang bukan pacarnya. 

Tasya merasa kehilangan. Ia ingin mencari tahu siapa yang menghamili adiknya sampai membuat keputusan meninggalkan dunia lebih dini. Ia dibantu oleh Jou dan David. 

Dari buku harian yang tidak jelas menyebutkan siapa laki-laki yang menghamili Pricil, hingga akhirnya Tasya menemui kenyataan yang menyakitkan. Ia tahu siapa laki-laki yang  menghamili adiknya dari petunjuk yang diberikan oleh arwah Pricil yang gentayangan. 

Kesan Membaca

Sependek itu ceritanya. Aku sampai bingung menulis sinopsisnya karena takut spoiler, ha-ha. Halaman bukunya pun tipis. Aku meminjam di iPusnas dan layar menunjukkan ada 74 halaman saja.

Cerita mengalir dengan lancar. Kepiawaian Guntur Alam dalam menulis tak perlu diragukan lagi. 

Ceritanya sederhanya. Konfliknya sederhana. Penyelesaiannya sederhana. Gaya berceritanya memikat. 

Tak perlu mengerutkan kening mengenai mengapa dan bagaimana ketika mengikuti konflik dalam Tumbal Noni Belanda. Saat membaca rasanya asyik dan mengalir saja. Hingga tahu-tahu tiba di halaman terakhir.

Pricil yang kalut hingga arwah noni Belanda dari peristiwa ratusan tahun lalu bisa dikaitkan dengan begitu mudah. Tokoh jahat di sini mendapatkan ganjaran yang setimpal.

Hanya saja, aku tidak mengerti beberapa konflik sampingan yang disampaikan sepanjang awal cerita. Karena aku tidak runut membaca serinya. Tapi, tidak apa-apa. Cerita dalam Tumbal ini masih bisa diikuti dengan baik, kok.

Ending-nya pun menggantung dan terbuka. Terbuka yang benar-benar terbuka. Kayak hah? Mana halaman berikutnya kok tahu-tahu ceritanya sudah selesai aja, sih? Mungkin hal ini dimaksudkan s upaya pembaca membaca seri berikutnya mungkin, ya.

Secara keseluruhan novel ini bagus. Layak untuk dibaca. Memikat! 

Keterangan Buku

Judul: Tumbal Noni Belanda

Penulis: Jounatan & Guntur Alam

Tahun terbit: 2017

Edisi digital: 2021

Penerbit: Elex Media Komputindo - Kompas Gramedia


Copyright © 2010- | Viva | Kaffee Bitte | Desi Puspitasari | Daily | Portfolio