Novel Putri Kedua (Second Sister) karya Chan Ho-Kei memiliki plot twist yang mencengangkan.
Plot twist-nya dipelintir. Pelintirannya dipelintir lagi. Pelintirannya pelintir dipelintir-pelintir lagi. Begitu seterusnya.
Semalam aku baru saja selesai membaca novel Putri Kedua (Second Sister) karya Chan Ho-Kei. Novel dari penulis Hong Kong yang diterjemahkan oleh Penerbit Gramedia. Sementara ini aku baru mampu meminjam buku ini secara gratis di iPusnas. Semoga aku segera berkelimpahan uang sehingga mampu membeli fisiknya. Tak hanya ini tapi juga buku-buku yang lain.
Ceritanya dalam novel Putri Kedua ini sebenarnya 'sederhana'. Seorang kakak perempuan, Au Nga-Yee, membalas dendam atas kematian adik perempuannya, Au Siu-Man.
Kehidupan sangat sulit bagi keluarga Au Nga-Yee. Keluarganya begitu miskin tapi saling menyintai. Bapak Nga-Yee meninggal dunia dalam kecelakaan kerja. Uang asuransi tak dibayarkan. Selepas SMA, Nga-Yee memutuskan untuk langsung bekerja supaya kehidupan keluarga mereka membaik. Hingga akhirnya Ibu mereka meninggal dunia. Kini tinggal berdua kakak beradik, Au Nga-Yee dan Au Siu-Man.
Ibunya pernah berpesan supaya Nga-Yee sangat menjaga adiknya karena Siu-Man anak yang sensitif. Sepanjang yang Nga-Yee tahu, adiknya yang duduk di bangku SMA adalah anak yang ceria. Ia jarang bercakap-cakap panjang dengan adiknya karena kesibukannya bekerja.
Hingga tiba di hari nahas tersebut.
Sepulang sekolah Siu-Man mendapat pelecehan seksuil di MRT. Diduga pelaku, Shiu Tak-Ping, tertangkap dan dipenjara. Tak lama kemudian, muncul postingan di website Popcorn. Semacam Kaskus mungkin, ya, kalau di sini? Postingan itu ditulis oleh seseorang yang mengaku sebagai ponakan Shiu Tak-Ping. Ia menyatakan bahwa Shiu Tak-Ping tak bersalah dan Siu Man memang cewek murahan, dst.
Postingan tersebut memancing komentar hingga amarah dari warganet. Cyber bullying atas Siu Man bergulir kencang. Hingga pada puncaknya, Siu Man memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Tubuh Nga-Yee gemetaran hebat ketika pulang kerja dan mendapati kondisi adiknya sudah tak bernyawa.
Tak hanya rasa kehilangan, amarah yang begitu besar begitu menguasai Nga-Yee. Ia ingin mencari pemosting di Popcorn yang memicu perundungan terhadap Siu-Man --yang dipercayainya juga memicu adiknya dini mengakhiri hidupnya. Ia menyewa detektif. Kasusnya ditangani oleh seorang detektif nyentrik bernama N, peretas slengekan yang sungguh piawai.
Penyelidikan bergulir. Fakta-fakta baru bermunculan. Mengantarkan Nga Yee pada pelaku pembunuhan yang sebenarnya.
Pada kolom komentar di iPusnas banyak yang mengatakan ceritanya mengejutkan. Aku membatin, seberapa mengejutkan, sih? Menimbang, meminjam buku ini sangat sulit karena panjang banget antreannya, seharusnya kejutannya tidak mengecewakan.
Dan, ternyata. Kejutannya pada novel ini sungguh... mengejutkan sampai membikin aku menangis hingga jelek.
Beberapa bab depan berjalan pelan. Terutama saat menceritakan tentang keluarga Nga-Yee. Hingga Nga Yee bertemu N. Namun, ketika penyelidikan mencari pembunuh Siu-man dimulai, jalan ceritanya menjadi melaju kencang. Begitu dar-der-dor.
Kukira kejutannya akan berakhir di beberapa bab terakhir. Setelah masalah selesai. Setelah hati rasanya diremas dan dikruwes saat Nga Yee mengambil keputusan penting di saat genting.
Ternyata... aku salah.
Plot twist-nya masih terus hadir hingga tetes terakhir. Terus membikin terkesiap hingga halaman terakhir.
Ketika aku menutup buku, eh, layar halaman terakhir novel ini, saking terpesonanya aku cuma sanggup bilang, "ya ampun."
Bila memiliki kesempatan membeli dan/atau meminjam novel Putri Kedua (Second Sister) karya Chan Ho-Kei yang berlatar cerita di Hong Kong ini, bacalah.
0 comments:
Posting Komentar