Sebagai seorang istri, terkadang Anita ingin memiliki suami yang tajir melintir. Saking kayanya, suaminya akan melarang ia bekerja. "Sebaiknya kamu hanya leyeh-leyeh atau shopping saja, Sayang."
Kadang, Anita ingin dimanja dengan dihujani puji-pujian sepanjang waktu; betapa kamu sungguh cantik, betapa sungguh menawan. Kadang, Anita ingin dibelikan ini-itu, ingin diajak liburan mewah ke sana kemari, dll.
Keinginan hanyalah tinggal keinginan. Bram, suami Anita, tak tajir, tak royal pujian dan materi, dan... seorang preman. Perkelahian demi perkelahian yang beritanya membikin dengkul Anita lemas selalu hadir dalam kehidupan mereka.
Suami Anita hanyalah seorang laki-laki yang tak pernah letih membesarkan hati dan memberi semangat, setia menemani, sudi mendorong dari belakang, justru marah bila istrinya terlalu cengeng. Laki-laki itu tak pernah berjanji akan memberi kemewahan kecuali sepasang tangan yang akan selalu menggenggam erat tangan Anita dan Arkan, anak mereka, demi masa depan yang lebih baik. Dan, sebuah janji: ini adalah pertarungan terakhir Bram melawan 🎵man-reman-reman metropolitan🎶.
Pertarungan ternyata tak melulu tentang bag-bug-bag-bug-prakkk menghantam lawan. Pertarungan juga terjadi saat Anita berusaha melawan keinginannya memiliki keluarga sempurna.
Pertarungan terakhir di Karang Geni mengajarkan Anita untuk selalu bersyukur dan menerima bagaimana pun keadaan suaminya. Karena, cinta hadir memiliki wujud yang berbeda di tiap-tiap keluarga.
Sila membaca bagian 3 (tamat) #PertarunganTerakhir cerita bersambung Desi Puspitasari di Majalah Femina edisi 23/XLV - Juni 2017.
kerennn nih
BalasHapusbeli tiket pesawat mudah
mantap ceritanya
BalasHapusFake Danisa
Asik ceritanya
BalasHapus