Jumat, 18 Maret 2016

Tulisanmu Kayak Muntahan Kucing

Bagaimana cara menghadapi kritik? Dengan tidak berhenti menulis.

Suatu waktu kau akan mendapati orang-orang berkata yang tidak-tidak mengenai karyamu; sampah, seharusnya kau tidak menulis, tulisan tak bisa dibaca dan dicerna, otak penulisnya berada di bokong, cerita ini tak lebih baik ketimbang muntahan kucing, menulis kok buat cari duit dan kekayaan - seharusnya menulis itu untuk having fun (ya, kalau suamimu tajir dan kau hidup tinggal ongkang-ongkang kaki, ya kalau kau hidup masih minta jatah bulanan pada orangtua, ya kalau kau menganggap menulis adalah hobi seperti membikin teh untuk teman kudapan saat sore - kau kerjakan dengan teramat jarang), dll.

Jangan kaget, orang bisa berkata seburuk apapun yang mereka mau. Mereka bahkan juga bisa membencimu hanya karena perihal sepele; kau tak membalas komen Facebook, misalnya.


Illustration: "words" free image Pixabay

Kau bisa mendengarkan 'masukan' mereka, tapi jangan berhenti menulis. Jangan sampai berhenti menulis. Kalau kau mogol di tengah jalan rasanya akan sangat eman-eman.

Bila aku bilang, memangnya mereka siapa? Memberi kamu makan saja tidak, lalu apa hak mereka berkomentar, tentu kau tak akan berkembang. Jadi begini saja;

Anggap kau pekerja kantoran atau tukang bakso (atau apapun). Suatu ketika pekerjaanmu dicerca bos atau klien habis-habisan. Suatu ketika sajianmu dikomplain pelanggan karena terlalu alot  atau yang lain.

Apa seketika itu kau langsung resign dan berhenti jualan? Kan, enggak. Tapi, mencari cara bagaimana supaya pekerjaanmu bisa beres dengan baik. Mencari cara bagaimana sajianmu bisa lezat dan bisa mengundang lebih banyak pelanggan.

'Semudah' itu. Seperti itu. Kau lakukan usaha untuk memperbaiki keadaan yang kurang baik.

Nah, coba kau terapkan perihal tersebut dalam pekerjaan menulismu. Kau dengarkan apa kata mereka yang sehubungan dengan tulisanmu. Perbaiki bagian yang buruk, cari cara supaya tulisanmu bisa tampil lebih layak. Toh, bila kau ternyata bebal, tak ada yang akan memecatmu.

Penulis adalah profesi yang kau bisa seenaknya 'resign' sewaktu-waktu. Namun, 'hanya' demi menghadapi perkataan pedas, seharusnya kau tak berhenti. [dps]
Copyright © 2010- | Viva | Kaffee Bitte | Desi Puspitasari | Daily | Portfolio