Kamis, 08 Agustus 2024

[Residensi Merauke] Keberangkatan Menuju Merauke

Sekalinya pergi ke timur, langsung dikirim ke Merauke, Papua Selatan.

Selasa, 6 Agustus 2024 pukul 3 sore aku segera bertolak dari rumah ke Stasiun Tugu untuk naik keret bandara ke YIA (Yogyakarta Interasional Airport) di Kulon Progo.


Perjalanan dari Yogyakarta memakan waktu sekitar 12-an jam. Pkl 8 malam (delay 1 jam dari YIA) terbang menuju Bandara Soekarno Hatta di Jakarta. Turun dari pesawat langsung menuju penerbangan berikutnya ke Jayapura.

Setelah cek transit, aku diarahkan dari gate 14 menuju ke gate 28. Dari sinilah olahraga lari cepat dimulai, wkwkwk.

Selfie saat transit sebelum olahraga malam di Soeta

Dari gate 14 aku harus mencapai gate 28 karena waktu transit hanya sekitar 1 jam (kurang malah, kayaknya). Perjalanan olahraga malam ini kebantu dengan travelator di bandara. Dari travelator satu ke travelator berikut disempatkan berhenti sebentar untuk mengatur napas, ha-ha-ha.

Landasan pacu lari cepat lintas kampung 14 -> 28

Penerbangan berikutnya dari Jakarta menuju Jayapura yang ditempuh dengan waktu 5-an jam. Aku memilih untuk nggak makan dan sedikit minum supaya nggak perlu ke toilet.

Pesawat Garuda dari Yogyakarta - Jakarta

Pesawat Jakarta - Jayapura

Sepanjang perjalanan aku mendengarkan Glenn dan Gigi sampai jatuh tertidur. Terbangun karena pramugari membagikan minum. Saat ditawari pramugari apakah aku mau jus apel, jus guava, jus jeruk, susu, kopi, teh, atau air putih, aku menggeleng. Nggak mimik. Lalu, lanjut tidur.

Meal pesawat Garuda Jakarta - Jayapura

Pukul 5 pagi WIT dibagikan makan beef rendang dan minum sesuai rikues. Aku ngecek jam, ternyata masih pukul 3 dini hari WIB. Wah, makan sahur, ha-ha-ha.

Sampai di Bandar Sentani pukul 6 pagi, penerbangan berikutnya menuju Merauke pukul. 06.40. Untung bandaranya kecil dan ternyata jam keberangkatannya agak mundur. 

Bandara Sentani, Jayapura

Setiba di Sentani, kartu XL-ku langsung hilang sinyal. Aku langsung ganti nomor Telkomsel dan lancar jaya. Termasuk internetnya.

Sepanjang perjalanan melintasi Jayapura dan Merauke, aku hanya bisa ber-Allahu akbar, mashaAllah, alhamdulillah. Papua yang biasanya hanya bisa lihat di peta, sekarang melihat sendiri di depan mata.

Melintasi Jayapura

Jelang mendarat di Bandara Mopah, Merauke

Tiba di bandara aku dijemput pendamping dari Pusbin, Kemendikbudristek. Tiba di hotel mandi, setelah mengirim kabar ke rumah, eh, kok tahu-tahu jatuh tertidur sambil pegang hape.

Bangun tidur aku langsung disergap sepi dan linglung. Langsung panik. Ya gimana ya, aku tiba di Merauke, jauh, sendirian. Aku keluar ke lobi dan ngobrol dengan Mas Jo, FO yang baik hati menemani sampai aku balik tenang. 

Sore harinya kami keluar mencari makan. Aku sempat mengobrol dengan ibu penjualnya dan memotret menu ikan-ikannya. Ikan guramenya besaarr tapi mereka menyebutnya ikan berukuran sedang. Ternyata memang benar karena keesokan akhirnya aku melihat sendiri ikan gurame bueesaarr buangettt saat pulangvdari Distrik Sota, belum sempat foto karena di kendaraan). Ikan gurame yang dibakar ibunya ini adalah ikan air rawa.

Gurame air rawa Merauke, Papua Selatan

Ada juga menu ikan bolu. Seperti apakah ikan bolu tersebut? Ternyata ikan bandeng. Tapi, ukurannya besar. Ikan bolu juga ikan air rawa.

Ikan bolu air rawa

Gurame bakar dengan sambal jahe

Ikan bolu atau bandeng bakar Merauke 

Ikan gurame dan bolu bakar Merauke

Usai makan kami sempat mampir ke Pantai Lampu Satu, Merauke. Sampai di sana sudah jelang senja. Ketika di Jawa masih pukul 16.30 WIB, di Merauke sudah pukul 17.30 WIT.

Senja di Pantai Lampu Satu, Merauke

Berdiri di pinggir pantai, dari kejauhan aku mendengar lamat-lamat azan maghrib dikumandangkan.
Senja di Pantai Lampu Satu, Merauke

Allah Maha Besar!

Malam hari aku bergegas tidur karena besok pagi akan ke kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Merauke. Sudah pukul 11 malam tapi kenapa mataku masih seger aja?

Ternyata:

1. Aku masih laper, ha-ha-ha.

2. Di Jawa masih pukul 9 malam.

Sekitar pukul 1 dini hari WIT barulah kantuk itu datang.

0 comments:

Posting Komentar

Copyright © 2010- | Viva | Kaffee Bitte | Desi Puspitasari | Daily | Portfolio