Hai, ketemu lagi. Kali ini aku pengin menulis tentang proses terbaru aku. Banyak proses baru, sih, hehe. Ini adalah salah satunya.
Ini kali kedua aku menulis naskah drama untuk SD Intis School Yogyakarta. Tahun lalu, aku menulis naskah berjudul Kolak Kiko. Tahun ini, aku kembali menulis naskah drama untuk acara wisuda dan perpisahan yang berjudul Dimakan Handphone.
Judulnya gitu banget, ya? Hi-hi.
Pemilihan judul untuk sebuah tulisan (apapun itu) harus simpel, menarik, dan mudah diingat. Terlebih untuk prosesku kali ini melibatkan murid-murid SD. Tamtu saja harus begitu simpel ya, kan? Hal yang paling penting adalah pesannya sampai.
Aku dikontak awal tahun. Kebetulan pas aku sakit. Hu-hu. Seorang kawan datang menyambang ke rumah. Hal-hal yang harus ada dalam naskah drama dijelaskan satu demi satu. Juga ekstrakulikuler apa saja yang akan terlibat di dalamnya.
Saat mendengarkan kawan itu bercerita, di kepalaku langsung muncul bayangan akan jalan cerita. Masih terpatah-patah dan sepotong-potong tapi sudah mulai tergambar aku akan menulis apa. Kebiasaanku (bisa dibilang baik juga buruk), setiap mendengar orang bicara, pikiranku akan melambung masuk ke alam imajinasi. Bentuknya biasanya adegan bergerak, yah, kayak adegan film begitu. Di beberapa orang, apa yang terjadi padaku terlihat kayak aku enggak memperhatikan mereka. Hi-hi. Maafkan, ya.
Saat ditanya apa sudah ada bayangan tentang cerita, aku jawab sudah. Aku menceritakan adegan yang tadi terlintas. “Jadi, anak-anak ini akan terhisap… eh… tersedot… eh… ter-apa ya? Pokoknya mereka akan masuk ke dunia handphone.”
“Dimakan handphone?”
“Haa… iya! Ituu…! Anak-anak itu akan dimakan handphone!”
Karena aku merasa sreg dengan frasa ‘dimakan handphone’, jadilah judul drama musikal ini mengambil judul yang sama.
Penasaran, nggak? :D
Doain semoga proses Dimakan Handphone kali ini berjalan lancar. Sehingga bisa menghasilkan pertunjukan yang spektakuler dan menawan. Yeay!