Penulis bisa "disamain" dengan petani nggak, sih? Kayaknya bisa, ya? 😃
Pekerjaan menulis seperti petani yany bercocok tanam. Saat mencari dan memilih ide, penulis biasanya punya banyak banget pilihan: cerita A sebaiknya begini, cerita B sebaiknya akhirnya begitu, cerita C akan lebih menarik kalau anu. Penulis kemudian memilih mana yang sekiranya menarik bila dikembangkan menjadi sebuah cerita utuh.
Dalam memilih bibit atau jenis padi pun seperti itu. Para petani akan memilih sesuai kebutuhan musim, kondisi tanah, dan yang akan menghasilkan hasil panen yang maksimal.
Penulis kemudian mengolah tulisan; menyelesaikan, membaca ulang, merevisi berkali-kali sampai benar-benar oke hasil akhirnya.
Ketika tunas sudah mulai muncul, padi sudah siap ditanam, petani mengolah dari tanah, menanam, hingga merawat tanamannya supaya mereka bisa panen dengan hasil yang melimpah ruah.
Itulah mengapa, menjadi seorang penulis harus tekun, sabar, dan pantang menyerah.
Seperti halnya petani yang mengalami gagal panen karena cuaca tak menentu, serangan hama wereng, dan yang lainnya, menjadi seorang penulis pun juga takkan pernah bisa lepas dari suatu masalah.
Petani yang tekun merawat dan menjaga tanamannya, akan mendapat hasil yang berlimpah ruah. Penulis yang tekun, menyelesaikan tulisan, rajin berdiskusi dengan editor, pasti akan memetik hasil yang memuaskan dari proses kerja menulisnya kelak.
Semangat. 😊 [puspitadesi]
📍 pemandangan depan studio Kalanari Theater, Jeblog, mBantul, Yogyakarta.
0 comments:
Posting Komentar