Menurut pengertian secara umum,
cerpen adalah karangan pendek (lebih pendek ketimbang novelet dan
novel, tentu saja). Isinya sepenggal kisah kehidupan tokoh,
kejadiannya tunggal, konfliknya tunggal, pun plot dan setting,
jumlah tokohnya terbatas, penyelesaian masalahnya cepat (baik sad,
happy, atau open ending).
Berapa panjang sebuah cerita pendek? Kalau merujuk syarat pengiriman cerpen
koran Kompas; maksimal 1.400 kata atau 10.000 cws
(characters
with spaces). Tapi
tidak semua media, dalam hal ini koran, mensyaratkan jumlah yang
sama. Cerpenku yang dimuat di Koran Tempo (La Vie, Heute Herbst, CLOS E, Skarf)
ada yang berjumlah 1.300 kata. Aku lupa berapa jumlah kata cerpenku
yang dimuat di Jawa Pos (Ayahmu Mati),
tapi aku pernah menjumpai cerpen yang dimuat di Jawa Pos berjumlah
lebih dari 2.000 kata. Cerpen di Majalah Femina (Gelas Kopi ke-124) kalau tidak salah ingat aku mengirimkannya dengan berjumlah 1.400-an kata. Cerpen Media Indonesia (Gembok)
aku kirim menyesuaikan dengan syarat khusus yang diminta, yaitu 9.000
karakter.
Akan
lebih mudah menghitung panjang cerpen menggunakan jumlah kata atau
karakter ketimbang jumlah halaman (yang akan banyak dipengaruhi jenis
huruf, ukuran, dan spasi).
Gambarannya
kurang lebih begitu. Sebelum mengirim cerpen, baiknya
memperhatikan ketentuan dari masing-masing media.
Cerpen
anak: ditulis dengan bahasa yang sangat sederhana. Bahkan salah satu
ketentuan yang diajukan oleh majalah Bobo menyebutkan bahwa kalimat
yang digunakan dalam cerpen sebaiknya bisa dipahami oleh murid kelas
4 SD.
Kurangi
kalimat penjelas yang bertele-tele. Lebih baik kalau isinya penuh
petuah dan nasihat supaya pembacanya berlaku baik dan menurut dan
jujur (sebenarnya secara pribadi, aku lebih menyukai cerita anak yang
bengal, hehe).
Cerpen remaja; tentu, fokus ceritanya seputaran mengenai kisah remaja.
Pilihan kata pun kalimat dialognya cair alias tidak baku. Sesuai
dengan kata-kata atau kalimat percakapan yang digunakan dalam hidup
sehari-hari. Contoh bagaimana contoh cerita pendek remaja, bisa
membaca cerpen-cerpen dari majalah Kawanku, Gadis, dan Hai.
Cerita
pendek sastra memiliki kecenderungan mengangkat masalah sosial yang
ada di masyarakat. Biasanya memiliki rasa pahit dalam ceritanya-baik
secara plot, konflik dan juga ending.
Diksi atau pilihan katanya baku. Bentuk cerpen sastra ini biasanya
bisa bermacam-macam (cari saja cerpen Budi Darma yang pernah dimuat
di Kompas—berbentuk lima cerita mini yang disusun dalam satu cerita
pendek). Minim dialog—cerita bergerak lebih banyak melalui tuturan
narasi. Contoh-contoh
cerpen sastra (dalam hal ini koran, ya, karena lebih mudah mencari
rujukannya), kamu bisa main ke id.klipingsastra.com,
deh.
Novel
Novel
itu lebih panjang dari cerpen. Tentu saja. Panjang. Panjang sekali.
Kalau cerpen memiliki jumlah 1.400 – 2.000 kata, novel bisa
memiliki 25.000 – 40.000 kata. Uraian cerita dalam novel jauh lebih
mendalam ketimbang cerpen; ‘bertele-tele’ dalam artian baik alias
tidak membosankan dan menceritakan satu hal itu lebih dari banyak
sisi.
Cerita
di dalam novel bergerak dari satu adegan ke adegan lain, dari satu
tempat ke tempat yang lain (bisa juga hanya berkutat di satu tempat
yang sama, atau apapun) tapi yang jelas memiliki rentang waktu yang
panjang. Kalau pun terjadi hanya dalam satu malam seperti After
Dark-nya Haruki Murami, namun adegan per sekian waktunya ditulis
dengan detail (dan jauh lebih dalam, bila di sini kita
membandingkannya dengan media cerpen).
Konflik,
tentu saja, adalah hal yang akan menggerakkan plot baik di dalam
cerpen maupun novel. Dalam novel, rangkaian dari beberapa konflik ini
akan membentuk satu jalan cerita. Oleh karena itu, novel punya plot
yang kompleks: berbagai peristiwa atau kejadian atau konflik dalam
novel ditulis saling berkaitan. Dengan ruang yang lebih luas dalam
menulis, novel dapat bercerita panjang lebar, membahas persoalan
dengan lebih luas dan mendalam. Pun jumlah karakter atau tokoh yang
bermain dalam novel.
Supaya Cerpen dan Novel Dilirik Editor
Apa rahasia membikin cerpen atau novel atau tulisan apapun supaya bisa
editor (baik editor cerpen atau novel) tertarik?
Nama besar.
Enggak, ah. Sama sekali enggak.
Aku
bisa bilang begitu karena pengalamanku sendiri enggak pernah
mengatakan hal tersebut. Novel pertama Kutemukan Engkau di Setiap Tahajudku
(terbit
2007 dan juga diterbitkan di Malaysia dan juga dibikin FTV oleh
Starvision) aku tulis tanpa nama besar.
Novel Teenlit
Girl-ism
yang
diterbitkan Gramedia tahun 2009 juga aku tulis saat aku belum
memiliki nama.
Cerpen
pertama di Koran Tempo berjudul “La
Vie”
(iya, waktu itu aku aneh betul sok-sokan menggunakan pseudonim ganjil semacam Randu Wangi) adalah cerpen yang benar-benar pertama aku coba
kirim ke media massa koran. Hanya perlu menunggu waktu dua minggu
sebelum cerpen itu dimuat.
Cerpen
di Jawa Pos pun serupa. Aku adalah seorang newbie
atau pendatang baru di dunia sastra cerpen koran mengirim cerpen itu
hari Senin. Tanpa diduga di hari Minggu di minggu sama, cerpen itu
langsung dimuat.
Novel The Strawberry Surprise,
percayalah, rasanya seperti novel romance
yang
‘enggak masuk akal’ karena tidak seperti novel-novel romance
lainnya.
Bila kebanyakan novel cinta-cintaan menceritakan tokoh perempuan yang
begini dan begitu, tokoh laki-laki yang begini-begitu (aku tidak suka
cerita romance
– baca bagian satu), aku membikin tokoh utama perempuan novel
romance
The
Strawberry Surprise ini sebagai tokoh yang MENJENGKELKAN bukan main.
Aku
bukanlah seorang novelis cerita romance
yang
terkenal karena cerita romantis yang mengaduk-aduk emosi, tapi
novelku terpilih untuk difilmkan Starvision Oktober 2014 lalu dengan dua bintang utama Acha Septriasa dan Reza Rahadian.
Lalu
apa?
Ini: tulisan yang menarik, memikat, mengikat, dan yang membikin pembaca enggak mau meletakkan bukumu sebelum benar-benar menyelesaikan membaca cerita.
Ini: tulisan yang menarik, memikat, mengikat, dan yang membikin pembaca enggak mau meletakkan bukumu sebelum benar-benar menyelesaikan membaca cerita.
Bikin
kalimat pembuka yang nendang:
Bikin
satu halaman pertama cerpenmu nendang dan bikin penasaran!
Bikin
lima halaman pertama bab satu novelmu benar-benar mengikat!
Kalimat
(dan juga halaman pertama cerpen dan bab satu novel) yang nendang itu
biasanya bikin penasaran, bikin pembaca akan membatin, “Eh, apaan
ini? Mau ngomong apa cerita ini? Kok kayaknya menarik. Baca, ah.”
Bagaimana
caranya supaya bisa fasih membikin hal-hal yang nendang itu?
Teman-teman harus baca banyak cerpen dan novel yang bagus—bagaimana
lagi, hanya itu satu-satunya cara; belajar dari karya yang baik.
Mulai
sekarang setiap kali hendak membaca cerpen atau novel, perhatikan dua
kalimat awal, satu atau dua halaman pertama cerpen, dan bab satu dari
sebuah novel. Bila menurut teman-teman penulisannya menarik dan
membikin penasaran, coba tulis ulang dan pelajari mengapa tulisan itu
bisa membikin penasaran, betah, dan enggak mau lepas.
Hatsyih!
Bisa
dibilang cerpen itu hatsyih sekali, novelet itu hatsyih lima sampai
enam kali, dan novel itu adalah rentetan hatsyih yang tak
berhenti-berhenti sampai kamu meler dan pusing dibuatnya.
Ah,
seandainya menulis cerpen dan novel itu seperti bersin; rampung dalam
sekali hatsyih!
Berikutnya:
pengetahuan tentang menulis jadi bertambah sedikit demi sedikit yang moga-moga kelak jadi bukit, penjelasan singkat tentang kelayakan menulis ternyata harus disesuaikan dengan segmennya ya kak...terimakasih ilmunya
BalasHapusKembali kasih. :)
Hapus