Akan selalu ada orang bermulut tajam dan keji yang akan menggelontorkan makian-makian tak terpuji. Aku pernah menjadi korban orang yang seperti itu. Mana orang itu bawa teman sekompi lagi untuk mem-bully. 😁
Masku selalu mengajarkan untuk memaafkan. Tak ada gunanya menanggapi orang pendengki dan jahat hati. Maafkan maafkan maafkan dan lupakan. Dan bila kita menanggapi dengan kata-kata buruk lalu apa bedanya kita dengan manusia taj terpuji tersebut? ☺
Aku memaafkan dan menjadikan kata-kata yang menjatuhkan itu sebagai bahan bakar untuk menulis. Aku meminjam nama si pem-bully namun tentu saja tak sepenuhnya meminjam. Aku modifikasi. Kujadikan ia sebagai tokoh utama. Selebihnya adalah murni hasil kreasiku sendiri -- tak ada sangkut pautnya dengan kebencian terhadap orang atau kelompok orang tersebut.
Maafkan maafkan maafkan dan lupakan.
What if. Berpijak rumus tersebut aku mulai merangkai cerita. Akhir-akhir ini orang berkurban kambing sudah teramat sangat mudah. Perekonomian orang-orang membaik. Mereka bisa membeli kambing untuk dikurbankan dengan mudah.
Lalu, bagaimana jika ada seorang dewasa yang mengalami keterbelakangan mental yang tak punya cukup uang namun ingin berkurban kambing untuk ibunya?
Seseorang yang tak bertanggung jawab atas ucapannya memberi saran supaya Sebbal - nama laki-laki terbelakang mental tersebut - untuk makan rumput supaya bisa menyerupai kambing. Tak dinyana, Sebbal mengartikan nasihat itu terlalu jauh.
Alhamdulillah, cerpen "Kambing Sebbal" dimuat di koran Media Indonesia Minggu tanggal 11 September 2016. Bertepatan dengan hari raya Idul kurban pada keesokan harinya.
Mantap :D
BalasHapus