Jumat, 08 Juli 2016

Cerpen BREK SOLO POS Juni 2016

Mulai menulis dari yang paling jauh, dari yang paling enggak kamu ngertiin, toh mengakses informasi di zaman sekarang jauh lebih mudah ketimbang dulu. Dan, sekarang kalau ingin bepergian tinggal war-wer saja kan, ya? :)

Sebenarnya aku ingin bilang bahwa mulai menulis enggak harus dari yang dekat, dari yang kamu mengerti itu enggak apa-apa. Justru ketika kamu bisa memulai dari sesuatu perihal yang asing sama sekali itu akan bagus sekali. Kamu bisa belajar hal baru di sana. Ya, meski cara ini punya dua kemungkinan risiko: tulisanmu menjadi apik banget atau tulisannya jadi berantakan. Hehe. Tapi, kalau enggak dicoba enggak akan pernah tahu.

Dan apa yang aku bilang di dua paragraf di atas akan berkebalikan dengan tema utama postingan ini. Salah satu cerpenku berjudul Brek dimuat di Solo Pos pada akhir bulan Juni 2016 kemarin. Cerpen ini bercerita mengenai seorang pembisik di sebuah kelompok teater.

Brek pada mulanya hanyalah seorang yang membantu mengusung kotak kayu level dan menata panggung. Ia terbiasa mendengarkan dialog-dialog atau narasi-narasi naskah lakon dibaca dan dihafalkan oleh para pemain teater. Saking seringnya mendengar, lama kelamaan Brek menjadi hapal keseluruhan isi naskah. Saat diminta tampil, laki-laki itu gemetar bukan main. Ia demam panggung.

Brek kemudian didapuk menjadi seorang pembisik, yaitu orang yang bersembunyi di bagian panggung yang gelap dan membisikkan dialog-dialog panjang tokoh yang sedang pentas teater. Suatu hari Brek mendapat 'klien' seorang artis muda, perempuan bertubuh bohai dan berdada montok. Brek jatuh cinta pada perempuan itu, dan...

Selengkapnya cerpen BREK bisa disimak di Kliping Sastra (klik). 
Copyright © 2010- | Viva | Kaffee Bitte | Desi Puspitasari | Daily | Portfolio