Kamis, 07 Juli 2016

Kartu Pos dari Glasgow

Kengan berupa kartu pos ada saat masih SD, kalau enggak salah ingat. Waktu itu aku berlangganan Majalah Bobo. Ada kuis atau TTS yang jawabannya ditulis di kartu pos dan dikirim melalui pos--memasukkannya melalui kotak surat yang enggak jauh dari rumah. Kotak surat semampai tingginya, berwarna oranye. Jawaban pertanyaan kuis ditulis di bagian belakang, dan di bagian depan ditempel potongan nomor seri edisi atau yang semacam itu. 

Kartu pos zaman aku masih bocah, yaitu sekitar tahun 90-an belum seciamik sekarang. Dulu kartu pos hanya berupa kertas polos warna putih semu oranye atau warna oranye. Setelah aku kuliah di Yogya dan seterusnya tinggal di kota aku bertemu dan akhirnya jalan bareng Masku ini, aku baru menemukan kartu pos bergambar. Namun masih sederhana, seperti gambar foto pemandangan, dll.

Dulu aku sempat mengenal komunitas khusus kartu pos--aku lupa namanya, pembaca blogku ini apakah ada yang tahu? Masing-masing anggota saling mengirim kartu pos ke anggota lain yang telah dipilih secara random. Menarik, sih, namun sayangnya ini termasuk hobi mahal--mahal di ongkos dan di waktu. Aku lebih memilih menghabiskan biaya dan waktu untuk fotografi saja sepertinya (ngomong-ngomong, aku ingin kembali menekuni hobi fotografi SLR analog). Lalu aku melewatkannya begitu saja.

Beberapa bulan terakhir ini, aku kembali bertemu beberapa kawan lama, kawan SMA. Ada satu di antara mereka yang kami sudah berteman sejak SMP. Salah satunya Osa. Istri Osa sedang kuliah di Glasgow, Osa dan putrinya turut pula di sana. 

Suatu waktu Osa menawari kami kartu pos. Tentu saja aku juga mau. Selang beberapa hari sebelum lebaran, kartu pos dari Glasgow itu tiba. Temanya pun disesuaikan dengan profesi dan hobiku: menulis dan membaca. Seorang laki-laki tua duduk membaca koran. 

Bagus, ya. Terima kasih, Osa.
Copyright © 2010- | Viva | Kaffee Bitte | Desi Puspitasari | Daily | Portfolio