Minggu, 06 Desember 2015

Cerber Majalah Femina Kopi Rena bagian II

Kisah sebelumnya: Pernikahan San membuat Rena patah hati berat, meski sebetulnya tidak ada kisah cinta di antara keduanya. Rena resign dan mengurus toko bunga milik kakaknya. Apa daya, tepat di depan toko bunganya, berdirilah kedai kopi.

"Aku David, panggil saja Dave," kata pemilik kedai kopi Bitter-Sweet Coffee di seberang toko bunga Rena. "Kenapa kau tidak bisa minum kopi?" tanya Dave. "Karena patah hati?"

Rena tidak menjawab.

"Mbak Shanti datang ke kedai, 'Adik perempuanku patah hati. Tiap hari ia menekuk muka seperti tumpukan baju belum diseterika. Apa yang harus aku lakukan?' Kataku, kalau tidak punya waktu, bawa saja ke tukang laundry dan minta tolong untuk diseterika."

"Kau pernah patah hati karena cinta, Dave?" tanya Rena.

"Ya. Patah hati bisa sembuh oleh dua hal; waktu dan kesibukan, dan jatuh cinta lagi... pada orang baru. Dan kau...," kata Dave. "Kau menghadapi kenyataan pahit patah hari dengan sikap kekanak-kanakan."

Rena baru saja mengunci rolling door ketika Dave datang membawa dan menyodorkan gelas ke arahnya. "Kau mau? Segelas susu panas?"

Cerita bersambung KOPI RENA - Desi Puspitasari
Majalah Femina No. 47/XLIII 28 Nov - 4 Des 2015

TUHAN SELALU TEPAT WAKTU. Untuk segala hal yang tidak ada hubungannya dengan cinta. Sungguh, batin Rena. Ketik memutuskan untuk memberanikan diri menghadapi ketakutannya, ketika Rena merasa cukup kuat, saat itu pula ketakutannya terwujud: San dan istrinya ke kedai kopi 'Bitter-Sweet'.

"Kopi itu tidak menakutkan. Kopi itu baik dan ada Dave di sana yang menunggu dan akan menemaninya..." rapal Rena dalam hati ketika tiba-tiba pundaknya ditepuk dari belakang.

"Hai!"

Rena menoleh. Seketika itu juga ia merasakan wajahnya pucat dan jantungnya rontok.

KOPI RENA bagian II cerita bersambung Desi Puspitasari - Majalah Femina No. 47/XLIII 28 Nov - 04 Desember 2015.

Selamat membaca. [dps]
Copyright © 2010- | Viva | Kaffee Bitte | Desi Puspitasari | Daily | Portfolio